Ia juga menyadari keterbatasan finansial menjadi salah satu faktor dalam menunjuk pelatih berkualitas untuk menangani tim muda di akademi.
“Mereka yang terpilih menjadi anggota AMD adalah pemain hebat dari seluruh negeri."
"Metode pembinaan dan program pengembangan mungkin perlu ditinjau ulang. Sistem atau pembinaan yang buruk."
“Pelatih hebat yang memiliki lisensi profesional kelas A mungkin tidak tertarik melatih pemain di AMD karena bagi mereka lebih baik menjalankan klub yang berpeluang mendapat uang lebih."
"Semua hal itu perlu dievaluasi dan dikaji lagi," katanya.
Menurut Pekan, aspek persiapan dan pengalaman tim di level tertinggi termasuk kompetisi di luar negeri juga perlu dicermati.
“Main di liga lokal bisa menang, tapi kalau berkompetisi di luar negeri seperti kejuaraan Asia, skuad muda Malaysia sulit menang melawan Thailand dan Vietnam."
"Kalau melawan Laos pun hanya bisa imbang,” ujarnya.
Selain faktor gizi, ia menilai aspek fisik, mental, dan kebugaran juga menjadi unsur penting untuk membentuk pemain berkualitas.
“Kami melihat fisik pemain Korea Selatan dan Jepang di level pemuda dan universitas."
"Otot dan tubuhnya lebih kuat dari pemain kami,” ujar Pekan menambahkan.
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | SinarHarian.com.my |
Komentar