SUPERBALL.ID - Kegagalan Timnas U-17 Malaysia lolos ke Piala Asia U-17 2025 menimbulkan pertanyaan di benak pakar sepak bola setempat.
Perjalanan Timnas U-17 Malaysia di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025 berakhir mengecewakan.
Tergabung di Grup H, Malaysia kalah 0-2 dari Uni Emirat Arab (UEA) dan bermain imbang 2-2 dengan Laos.
Alhasil, Malaysia harus puas finis di posisi kedua klasemen Grup H dengan hanya mengumpulkan 1 poin.
Baca Juga: ASEAN Cup 2024 - Timor Leste Sewa Stadion, Pilih Malaysia Ketimbang Indonesia
Torehan poin tersebut juga tidak cukup untuk membuat Malaysia menyegel tiket lewat jalur runner-up terbaik.
Padahal, skuad besutan Javier Jorda Ribera itu diperkuat pemain terbaik dari Akademi Mokhtar Dahari (AMD) dan Johor Darul Ta'zim (JDT).
Terkait kegagalan ini, pakar sepak bola asal Malaysia Datuk Dr Pekan Ramli memberikan komentarnya.
Ia mempertanyakan apakah ada yang salah dengan program pembinaan sepak bola akar rumput di Malaysia.
Ia melihat ada celah yang perlu diperbaiki karena pemain yang terpilih termasuk yang terbaik di Malaysia.
Menurutnya, AMD memiliki kelompok pemain yang besar mulai dari usia 12 hingga 17 tahun.
Mereka menjalani pelatihan di pusat tersebut selama tiga hingga lima tahun.
Bahkan, Pekan menilai mereka bisa dicap sebagai pemain muda profesional melalui pola latihan dan paparan yang diberikan di akademi.
Oleh karena itu, Pekan mengaku bingung di mana letak kesalahan yang membuat Malaysia gagal ke Piala Asia U-17 2025.
“Mereka yang bergabung dalam skuad U-17 ini termasuk yang terbaik dari yang terbaik," kata Pekan kepada Sukan Sinar.
"Mereka datang dari seluruh penjuru tanah air melalui proses seleksi yang ketat."
“Di balik keputusan itu, timbul pertanyaan, apa yang salah. Apa lagi yang perlu dilakukan."
"Apa kelemahan dan kesalahannya sehingga di level Asia Tenggara pun kita tidak mampu menang,” tambahnya.
Baca Juga: FIFA Matchday - Timnas Malaysia Dikritik karena Pilih Lawan Lemah, FAM Beri Klarifikasi
Pekan memandang aspek pembinaan perlu dicermati dan dievaluasi kembali untuk mengatasi kekurangan.
Ia juga menyadari keterbatasan finansial menjadi salah satu faktor dalam menunjuk pelatih berkualitas untuk menangani tim muda di akademi.
“Mereka yang terpilih menjadi anggota AMD adalah pemain hebat dari seluruh negeri."
"Metode pembinaan dan program pengembangan mungkin perlu ditinjau ulang. Sistem atau pembinaan yang buruk."
“Pelatih hebat yang memiliki lisensi profesional kelas A mungkin tidak tertarik melatih pemain di AMD karena bagi mereka lebih baik menjalankan klub yang berpeluang mendapat uang lebih."
"Semua hal itu perlu dievaluasi dan dikaji lagi," katanya.
Menurut Pekan, aspek persiapan dan pengalaman tim di level tertinggi termasuk kompetisi di luar negeri juga perlu dicermati.
“Main di liga lokal bisa menang, tapi kalau berkompetisi di luar negeri seperti kejuaraan Asia, skuad muda Malaysia sulit menang melawan Thailand dan Vietnam."
"Kalau melawan Laos pun hanya bisa imbang,” ujarnya.
Selain faktor gizi, ia menilai aspek fisik, mental, dan kebugaran juga menjadi unsur penting untuk membentuk pemain berkualitas.
“Kami melihat fisik pemain Korea Selatan dan Jepang di level pemuda dan universitas."
"Otot dan tubuhnya lebih kuat dari pemain kami,” ujar Pekan menambahkan.
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | SinarHarian.com.my |
Komentar