SUPERBALL.ID - Legenda Timnas Indonesia, Hamka Hamzah, buka suara soal pemecatan Shin Tae-yong dari kursi kepelatihan Timnas Indonesia.
Akhir-akhir ini, terbongkar masalah apa yang ada di skuad Garuda sehingga Shin Tae-yong terdepak dari jabatannya.
Ruang ganti timnas dikabarkan mulai goyang pada Oktober lalu.
Tepatnya saat Timnas Indonesia ditahan imbang oleh Bahrain pada Oktober 2024.
Shin selaku pelatih kepala dikabarkan sempat beradu argumen dengan para pemainnya.
Salah satu nama yang disebutkan sempat cekcok dengan sang pelatih adalah Mees Hilgers.
Pelatih asal Korea Selatan itu disebut-sebut enggan diajak diskusi dengan pemain perihal taktik.
Oleh sebab itu, keharmonisan ruang ganti tim Merah-Putih pun dikabarkan tidak baik.
Hingga pada akhirnya, Shin resmi diberhentikan sebagai pelatih kepala Pasukan Garuda pada Senin (6/1/2025).
Kini, PSSI juga sudah mengumumkan Patrick Kluivert akan menjadi suksesor Shin di tim Garuda.
Di lain sisi, isu retaknya keharmonisan ruang ganti timnas ini dikomentari oleh legenda Skuad Garuda yakni Hamka Hamzah.
Seperti diketahui, Hamka sempat menjadi tembok kokoh milik Indonesia sejak 2004 hingga 2014 silam.
Hamka baru-baru ini menghadiri program siniar di kanal YouTube milik pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali.
Dalam siniar bertajuk Bola Akmal tersebut, pria berusia 40 tahun ini berbicara tentang hierarki di tim nasional.
Menurutnya, takhta tertinggi di timnas itu ada di tangan pelatih.
"Kalau tim nasional itu tidak bisa, tim nasional itu yang berkuasa adalah pelatih," kata Hamka Hamzah, dikutip SuperBall.id dari kanal YouTube Bola Akmal.
Ia juga berbagi pengalaman ketika dirinya masih bermain untuk lambang Garuda di dada semasa dilatih almarhum Alfred Riedl.
Hamka mengatakan bhawa kedisiplinannya diubah oleh pelatih asal Austria tersebut.
Baca Juga: Hati-hati Timnas Indonesia, Malaysia Proses Naturalisasi 7 Pemain Liga Top Eropa
Itu membuktikan bahwa para pemain memang harus tunduk dengan apa yang dimau oleh pelatih.
Di masa itu, Riedl juga bertindak tegas perihal taktik dan aturan.
"Saya yang mengubah kedisiplinan saya almarhum Riedl. Sampai saya Riedl bilang 'a' ya 'a'," jelasnya.
"Jadi kekuasaan ini sepenuhnya ada di pelatih, karena ini tim nasional. Beda mungkin di klub."
"Seluruh keputusan tim nasional itu jangan disamakan sama di klub."
"Kita masuk tim nasional tunduk aturan apa yang (dimau pelatih), misal telat, berapa (denda) dipotong," pungkasnya.
Baca Juga: Sibuk Naturalisasi, Media Vietnam: ASEAN Cup 2024 Jadi Bukti Timnas Indonesia Lupa Bangun Fondasi
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Youtube |