Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Fenomena masifnya naturalisasi pemain asing menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) turut mengundang komentar mantan kapten timnas Indonesia, Ponaryo Astaman.
Tak bisa dipungkiri, pembatasan kuota pemain asing di pentas Liga 1 terkadang menjadi alasan para pemain asing untuk berburu status WNI.
Selain itu, kebutuhan timnas Indonesia juga menjadi salah satu alasan pemain dinaturalisasi.
Setelah Ilija Spasojevic resmi WNI akhir tahun lalu, fenomena naturalisasi semakin masif terjadi di sepak bola Indonesia.
Terbaru, Alberto Goncalves pemain kelahiran Brasil milik Sriwijaya FC resmi menyandang status WNI dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) beralamat di Sekip, Palembang.
(Baca juga: Belum Lama di Bandung, Oh In-Kyun Betah karena Dua Hal)
Selanjutnya nama Sandy Walsh dan Esteban Vizcarra juga masuk dalam daftar tunggu untuk diresmikan sebagai WNI.
Menanggapi hal ini, mantan kapten timnas Indonesia era 2004-2008, Ponaryo Astaman tak menyalahkan naturalisasi jika memang dibutuhkan.
"Saya melihat sah-sah saja kalau sebuah tim melakukan itu (naturalisasi). Apalagi pemain tersebut potensal untuk klub," kata Ponaryo.
Namun, menurutnya klub tetap harus memiliki pertimbangan yang matang.
"Pertama, mungkin tim memang benar-benar memerlukan pemain tersebut karena potensinya, okelah. Tapi harus jadi motivasi agar meningkatkan kinerjanya selama bermain kedepan," jelas mantan kapten Sriwijaya FC ini.
Ponaryo yang menjabat sebagai Presiden Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) ini juga mengatakan faktor kedua yaitu ada yang menaturalisasi pemain hanya sekadar pelengkap.
Faktor kedua ini bisa menimbulkan aspek negatif bagi pemain muda potensial yang tergusur oleh pemain yang 'katanya' bintang tersebut.
"Ini harus jadi bahan renungan kita sama-sama," ujar pemain yang akrab disapa Popon tersebut.
Ponaryo sebenarnya tidak menyalahkan fenomena naturalisasi namun ia tetap berharap pembinaan usia dini bisa berjalan baik melahirkan bintang-bintang muda yang tak kalah berkualitas.
"Selama ini, fundamental (dasar) harus kita perhatikan juga. Selama ini kita fokus membangun tim, tapi kita tidak memperhatikan pembinaan individu. Mudah-mudahan pihak terkait akan mulai serius melihat kondisi ini," tutup Ponaryo.