Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Belajar dari Tragedi Kanjuruhan Sepak Bola Indonesia Harus Lebih Baik, Liga Inggris Bisa Jadi Contoh Ideal

By Wibbiassiddi - Selasa, 4 Oktober 2022 | 11:35 WIB
Kericuhan dan kerusuhan mewarnai pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC dan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, Sabtu (1/10/2022) (KOMPAS.com/Suci Rahayu)

SUPERBALL.ID - Sepak Bola Indonesia harus belajar dari Tragedi Kanjuruhan, sehingga ke depan bisa menjadi lebih baik lagi. Contoh terbaiknya adalah Liga Inggris.

Liga Inggris sebelum dikenal seperti sekarang yang aman dan paling kompetitif di dunia dalam sejarahnya memiliki tragedi serupa dengan Tragedi Kanjuruhan.

Dalam sejarah sepak bola Inggris dikenal Tragedi Heysel dan Hillsborough.

Tragedi Heysel terjadi saat Liga Champions 1985 yang mempertemukan Liverpool vs Juventus.

Baca Juga: Pendapat Pemilik Lisensi Security Officer FIFA soal Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, Indonesia Bisa Bebas dari Sanksi Berat?

Kejadian bermula saat kedua suporter saling mengejek hingga berujung pada kerusuhan.

Akibatnya, ada sekitar 39 suporter yang meninggal dan lebih dari 600 penonton yang mengalami luka-luka.

Sementara Tragedi Hillsborough terjadi pada tahun 1989 saat semifinal Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest.

Akibat saling berjejalan saat keluar stadion dan banyak suporter yang terinjak-injak hingga menyebabkan kematian, dalam tragedi ini ada sekitar 96 korban jiwa.

Setelah dua tragedi tersebut, sepak bola Inggris menjadi lebih baik dan paling aman di dunia.

Berkaca dari tragedi Heysel dan Hillsborough, Security Officer di Asian Football Confederation (AFC), Nugroho Setiawan, mengharapkan para stakeholder sepak bola Indonesia untuk berbenah.

Baca Juga: Kondisi Pemain Arema FC Tak Stabil Setelah Tragedi Kanjuruhan, Susah Tidur dan Terus-terusan Menangis

Waktu penundaan kompetisi sepak bola Indonesia harus digunakan untuk mencari solusi terbaik agar ke depan tidak terjadi lagi Tragedi Kanjuruhan.

"Sebenarnya penghentian pertandingan ini mungkin dilakukan yang pertama untuk melakukan penyelidikan. Apa penyebabnya dan bagaimana rekomendasinya," ujar Nugroho Setiawan dikutip SuperBall.id dari laman ABC News.

"Yang kedua, waktu penghentian ini seharusnya digunakan oleh semua pihak duduk bersama untuk merumuskan langkah-langkah perbaikan."

"Satu contoh, tragedi di Heysel atau Hillsborough di Inggris."

Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan oleh stakeholder sepak bola Indonesia adalah dengan menyusun aturan tentang suporter, yakni bagaimana kenyamanan dan keselamatannya dipatuhi semua pihak.

"Selama itu pemerintah dan semua stakeholder duduk bersama-sama menyusun sebuah undang-undang tentang suporter, bagaimana kenyamanan dan keselamatannya dipatuhi semua pihak."

Baca Juga: Shin Tae-yong Kirim Pesan Belasungkawa, Warganet: Maaf Coach, Semoga Kuat Melihat Sepak Bola di Indonesia

Nugroho yang menjadi satu-satunya orang dari Indonesia yang memiliki Security Officer berlisensi FIFA itu menambahkan harus ada kemauan dari semua stakeholder untuk mengubah sepak bola Indonesia.

"Formulanya adalah pencegahan, bukan penindakan, dan ini di Indonesia seharusnya bisa saja, tinggal kemauannya saja, dan didorong oleh political will."

Selain itu, Nugroho menegaskan semua pihak yang terlibat dalam sepak bola Indonesia harus duduk bersama untuk menyamakan persepsi tentang aturan FIFA.

"Stakeholder pengamanan yang utama dalam hal ini kan Kepolisian negara, kemudian ada kepentingan dari industri sepak bola. Ini harus disamakan dulu (persepsinya terhadap aturan FIFA."

Jika sudah menyamakan persepsi, Nugroho berpendapat penggunaan gas air mata yang terjadi di Kanjuruhan tidak akan terulang lagi.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh BolaSport.com (@bolasportcom)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P