Singkatnya, best practice adalah implementasi suatu konsep yang banyak dipakai secara individual atau institusional (organisasi).
Piala Presiden telah memulai konsep best practice itu dengan memberi contoh pelaksanaan kegiatan sepak bola yang berasaskan transparansi, kejujuran, akuntabel, mandiri, dan berorientasi industri.
Dengan penuh kesadaran dan perencanaan yang baik, misi pelaksana Piala Presiden ini sesungguhnya menciptakan social impact, teori yang diperkenalkan oleh psikolog sosial Amerika Serikat, Bibb Latane, tahun 1981.
Social impact adalah dampat positif yang dirasakan oleh masyarakat yang muncul sebagai akibat dari kegiatan tertentu.
Cakupan social impact sangat luas, namun kata kuncinya adalah pemberdayaan berbagai dimensi, dari ekonomi, manajemen, hingga sosial.
Nah, melalui kegiatan Piala Presiden, social impact yang timbul dan dirasakan adalah pentingnya profesionalisme, transparansi, dan kejujuran dalam manajemen persepakbolaan.
Melalui Piala Presiden, social impact berupa fair play serta sportivitas dan solidaritas antarsuporter berproses secara alamiah.
Dengan Piala Presiden, bukan saja penggemar sepak bola yang terhibur, melainkan juga pelaku usaha kecil yang mendapatkan tambahan keuntungan.
Sebagai pionir best practice manajamen sepak bola Indonesia, Piala Presiden mengarahkan pelaksanaan kegiatan persepakbolaan, baik yang bersifat kompetisi maupun turnamen, ke industri maju.
Industri persepakbolaan yang maju memiliki prasyarat mutlak dalam bentuk transparansi dan profesionalitas semua yang terlibat.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | SuperBall.id |
Komentar