“Tidak mudah bagi wanita menduduki jabatan yang selama ini identik dengan pria dan penuh intrik-intrik politik dan kepentingan dari para stakeholders sepak bola di negeri ini. Namun, Ratu Tisha bisa hadir dan diterima dengan kemampuannya berkomunikasi serta pemahaman akan football knowledge yang harus diakui memiliki visi jangka panjang,” tutup Weshley.
Ditambahkan, visi jangka panjang butuh dukungan dan kawalan agar berjalan secara komprehensif di berbagai level. Pembangunan butuh waktu dan pemahaman dari semua pihak.
Komunikasi Ratu Tisha dengan pihak pemerintah pun harus diakui dapat memperbaiki hubungan PSSI dengan Kemenpora yang sempat menghambat pengelolaan sepak bola di Tanah Air.
Ketangguhan dan keberanian Ratu Tisha sebagai wanita independen yang ingin berperan dalam pembangunan sepak bola seharusnya dilihat sebagai upaya positif demi kebaikan sepak bola secara umum.
Baca Juga: PSSI dan Menpora Bertemu, Ada Hal Positif yang Dihasilkan
“Secara profesional saya menilai sangat baik. Dia mampu membuka komunikasi dengan pemerintah, sehingga PSSI pun mendapat kepercayaan salah satunya dukungan surat jaminan untuk pencalonan tuan rumah Piala Dunia U20. Dia pun punya kemampuan lobi yang kuat baik dari AFF, AFC, sampai FIFA. Ditunjuknya Indonesia sebagai Tuan rumah Piala Dunia U20 adalah bukti kemampuan lobi tingkat tinggi yang dia lakukan,” jelas Weshley.
Yang harus diingat publik, kata Weshley, saat menjadi sekjen, Ratu Tisha juga bukan ditunjuk langsung, tetapi melalui assesment dengan tahap seleksi yang cukup ketat. “Dan dia sudah membuktikan kemampuannya lebih baik dari yang lain saat itu,” ujar Weshley lagi.
Editor | : | Gangga Basudewa |
Sumber | : | SuperBall.id |
Komentar