SUPERBALL.ID - Gelandang Chelsea, N'Golo Kante mampu tampil moncer di bawah asuhan Thomas Tuchel setelah sempat menurun dalam dua setengah tahun belakangan.
Kante kembali ke penampilan terbaik ketika Chelsea meraih kemenangan 2-0 atas Atletico Madrid di leg kedua babak 16 besar Liga Champions.
Bahkan, pemain asal Prancis dinobatkan sebagai pemain terbaik dalam pertandingan yang berlangsung di Stamford Bridge itu.
Menurut Opta, ia membuat lebih banyak pemulihan penguasaan daripada pemain lain dan memiliki operan sukses terbanyak kedua di kubu The Blues.
Baca Juga: Singkirkan Atletico, Tuchel Sesumbar Tak Ada yang Mau Lawan Chelsea
13 - N'Golo Kanté recovered possession of the ball 13 times last night against Atlético Madrid, the most ball recoveries by a Chelsea player in a Champions League match since N'Golo Kanté's 13 against Barcelona in February 2018. Omnipresent. pic.twitter.com/RQkmGT1fxj
— OptaJoe (@OptaJoe) March 18, 2021
Bahkan Tuchel tak segan memberikan pujian setinggi langit kepada Kante dan mengaku senang bisa melatihnya.
"Jika Anda bermain dengannya, Anda bermain dengan setengah orang lebih banyak," kata Tuchel.
"Dia memberikan intensitas yang luar biasa, senang sekali bisa melatihnya, hadiah besar bagi saya memilikinya di lapangan," tambahnya.
Padahal, lima pekan yang lalu, Tuchel selalu dicecar pertanyaan seputar kekhawatiran terhadap kondisi kebugaran Kante.
Pasalnya, Kante baru saja absen selama lebih dari satu bulan lamanya karena mengalami cedera hamstring pada awal Januari.
Baca Juga: Nasib Antonio Ruediger di Chelsea yang Diselamatkan oleh Thomas Tuchel
Kante absen dalam dua pertandingan pertama Chelsea di era Tuchel, tetapi kemudian perlahan mendapat kepercayaan.
Dilansir SuperBall.id dari Football London, ada satu rahasia yang membuat Kante kembali tampil apik di bawah Tuchel.
Selama dua setengah tahun belakangan, Kante seperti mengalami krisis identitas di bawah Maurizio Sarri dan Frank Lampard.
Itu dimulai ketika Sarri bersikeras memainkan Kante di sebelah kanan dari formasi tiga gelandang tengah.
Ia kemudian melanjutkan peran yang sama di bawah asuhan Lampard sebelum ditarik lebih ke dalam sebagai gelandang jangkar.
Baca Juga: Rahasia Chelsea Tak Pernah Kalah di Bawah Tuchel, Ternyata Pakai Kode
Akan tetapi, dua posisi tersebut tentu saja bukan merupakan posisi yang digemari pemain berusia 30 tahun.
Di bawah Sarri, ia memiliki terlalu banyak tanggung jawab untuk menyerang sebagai gelandang nomor delapan.
Sementara sebagai gelandang jangkar dia tidak memiliki keleluasaan untuk mengejar dan merebut bola dari lawan.
Satu-satunya posisi yang tepat bagi Kante sebagaimana diungkapkan oleh Tuchel adalah sebagai double pivot.
Peran yang sama ketika ia meraih dua gelar Liga Inggris beruntun bersama Leicester dan Chelsea-nya Antonio Conte.
Itulah alasan mengapa Kante mampu kembali ke performa terbaiknya di bawah asuhan pelatih asal Jerman.
Baca Juga: Lima Pemain yang Bisa Dilepas Chelsea untuk Kumpulkan Dana 4 Triliun
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | Football.london |
Komentar