Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Petik Pengalaman dari Tokyo, NOC Indonesia Pelajari Sistem Olahraga Dunia
Apriyani kemudian mendapat kesempatan mewakili Indonesia di ajang Kejuaraan Dunia Junior 2014 di Alor Setar, Malaysia.
Berpasangan dengan Rosyita Eka, Apriyani berhasil melaju hingga babak final sebelum kalah dari pasangan Tiongkok.
Ketika kariernya makin menanjak, Apriyani harus kehilangan sang ibu pada November 2015 saat ia tengah mengikuti Kejuaraan Dunia Junior di Peru.
Pada tahun 2017, Apriyani mendatangi pelatih Eng Hian untuk berlatih di Pelatihan Nasional (Pelatnas) Cipayung, Jakarta.
Menurut Eng Hian, Apriyani saat itu hanya bermodalkan sebuah raket dan mengantongi uang 200 ribu rupiah.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Sejarah Megah Greysia/Apriyani Terukir di Tokyo
"Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas, dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp 200.000 di tangan."
"Dia bilang dia mau jadi juara, terserah Koh Didi mau kasih program apa, saya siap," ungkap Eng Hian.
Pebulu tangkis dengan tinggi 163 cm itu kemudian naik ke level senior pada 2017 untuk dipasangkan dengan Greysia Polii.
Berusia 10 tahun lebih muda dari Greysia, Apriyani mampu membangkitkan semangat Greysia yang sempat ingin pensiun.
Baca Juga: Klasemen Medali Olimpiade Tokyo 2020 - Indonesia Melesat, Jadi yang Terbaik di Asia Tenggara
Penampilan pertama Apriyani dengan Greysia adalah pada kejuaraan Sudirman Cup 2017.
Gelar pertamanya adalah BWF Grand Prix Gold di Thailand Open 2017 dan disusul dengan French Open Super Series 2017.
Setelah itu, sejumlah prestasi diraih oleh pasangan Apriyani dan Greysia, termasuk medali perunggu Asian Games 2018 dan tentu saja medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Apriyani Rahayu: Cuma Modal Raket dan Uang Rp 200.000 Saat Pelatnas hingga Raih Emas Olimpiade"
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Kompas.com, SuperBall.id |
Komentar