Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Mengejutkan! Hasil Investigasi Tragedi Malaysia dan Dugaan Match-Fixing Vs Timnas Indonesia di Piala AFF

By Ragil Darmawan - Sabtu, 22 Januari 2022 | 10:07 WIB
Presiden FAM Datuk Hamidin Amin merespons hasil investigasi oleh Datuk Dell Akbar Khan (kiri) tentang tragedi Timnas Malaysia dan dugaan match-fixing versus Timnas Indonesia di Piala AFF 2020.
FACEBOOK.COM/FOOTBALLASSOCIATIONOFMALAYSIA
Presiden FAM Datuk Hamidin Amin merespons hasil investigasi oleh Datuk Dell Akbar Khan (kiri) tentang tragedi Timnas Malaysia dan dugaan match-fixing versus Timnas Indonesia di Piala AFF 2020.

SUPERBALL.ID - Badan investigasi independen Harimau Malaya merasa frustrasi untuk melakukan pemeriksaan terkait kegagalan Timnas Malaysia di ajang Piala AFF 2020.

Seperti diketahui, awal menjalani kompetisi tersebut, Timnas Malaysia tampil meyakinkan dengan mengalahkan Kamboja 3-1 dan menang atas Laos 4-0 di penyisihan Grup B.

Akan tetapi, saat berhadapan dengan Timnas Vietnam, Malaysia tumbang dengan skor 0-2.

Lebih parahnya lagi, Malaysia digilas 1-4 oleh Timnas Indonesia pada laga terakhir fase grup sekaligus penentuan ke semifinal.

Hasil tersebut membuat Timnas Malaysia finis di posisi ketiga dan gagal melaju ke semifinal.

Padahal, Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) menargetkan mereka lolos ke partai final.

Baca Juga: Malaysia Tunjuk Eks Polisi Top Investigasi Kekalahan Telak dari Timnas Indonesia dan Vietnam

Melihat kegagalan Timnas Malaysia, FAM tampak tidak puas dan membentuk badan investigasi independen untuk melakukan penyelidikan terkait dugaan adanya match-fixing.

Mantan Kepala Kepolisian Kuala Lumpur Datuk Dell Akbar Khan ditunjuk untuk menjadi kepala dari badan tersebut.

Sayangnya, pekerjaan badan investigasi independen terhambat oleh pernyataan yang kontradiktif, minimnya kerjasama dari staf pelatih dan laporan yang tidak komprehensif.

Penyidik mengungkapkan temuan mereka dan membuat rekomendasi kepada FAM.

Dalam konferensi pers di Wisma FAM kemarin, Dell mengungkapkan bahwa pelatih yang memimpin tim di Piala AFF Tan Cheng Hoe beserta asistennya S. Balachandran menolak untuk diwawancarai dalam penyelidikan.

"Laporan yang disampaikan mengecewakan," ujar Dell sebagaimana dikutip SuperBall.id dari New Straits Times.

"Bukan sesuatu yang saya harapkan karena tidak komprehensif, tidak mengandung banyak fakta tentang pertandingan, tidak ada masalah teknis yang mengatakan mengapa mereka gagal dan itu membuat saya kecewa."

"Cheng Hoe tidak mau tampil untuk diwawancarai, sama dengan asisten pelatih (Balachandran)."

"Ada diskusi dari panel kami untuk mendapatkan informasi karena kami perlu memverifikasi dan mengklarifikasi temuan dengan kedua belah pihak."

"Saya sempat menghubunginya (Cheng Hoe) melalui telepon, tetapi jika dia hadir, mungkin akan ada lebih banyak informasi yang diperoleh," jelas mantan Sekjen FAM.

Kapten Timnas Indonesia Asnawi Mangkualam Bahar (tengah) dikepung dua pemain Malaysia dalam duel Grup B Piala AFF 2020.
FACEBOOK.COM/FAM
Kapten Timnas Indonesia Asnawi Mangkualam Bahar (tengah) dikepung dua pemain Malaysia dalam duel Grup B Piala AFF 2020.

Badan tersebut juga membuat 10 temuan dan 10 rekomendasi, tetapi tidak menyalahkan individu manapun.

Di antara temuan yang menyebabkan Malaysia tersingkir lebih awal dari babak penyisihan grup adalah absennya pemain inti, waktu persiapan yang singkat, pandemi Covid-19, penetapan target, kemampuan pemain, kurangnya keharmonisan dalam permainan dan kesejahteraan tim.

Dell mengatakan dirinya menerima laporan dari para pemain bahwa ada tiga kelompok dalam tim, yakni pemain warisan, pemain naturalisasi dan pemain lokal.

Dell juga mempertanyakan pemain naturalisasi, terutama Guilherme de Paula kelahiran Brasil.

Menurut Dell, Guilherme de Paula tidak berkontribusi banyak selama gelaran Piala AFF 2020.

"Kami memberikan rekomendasi berikut kepada FAM," lanjut Dell.

"Untuk memiliki periode minimum pelatihan terpusat, 10-14 hari dengan setidaknya dua pertandingan persahabatan sebelum penugasan internasional."

"Ada juga kebutuhan untuk kinerja tinggi, yang terdiri dari ilmu olahraga, kedokteran dan pendekatan berbasis bukti."

"Seharusnya juga tidak ada lagi manajer tim, melainkan pelatih sekaligus manajer."

"Kami juga ingin menyarankan agar komite teknis ditinjau dan diubah," tambahnya.

Dell menyinggung individu-individu yang membentuk komite tim nasional, dengan mengatakan bahwa komite itu harus terdiri dari orang-orang yang punya latar belakang teknis dan kelepatihan.

Sementara itu, Presiden FAM Datuk Hamidin Amin mengungkapkan bahwa Datuk Yusoff Mahadi telah mengundurkan diri sebagai manajer tim.

Marak Terjadi di ASEAN

Masalah match-fixing atau pengaturan pertandingan di negeri sepak bola yang sedang berkembang seperti kawasan Asia Tenggara (ASEAN) memang sangat marak terjadi.

Kasus itu umumnya melibatkan bandar judi dan hanya sebagian kecil kesepakatan jahat antartim atau pengurus.

Indonesia pernah mengalami hal itu, yang kemudian populer dengan "sepak bola gajah" saat timnas melawan Thailand di Piala Tiger 1998.

Vietnam juga pernah diguncang match-fixing sebelum bangkit menjadi kekuatan baru sepak bola Asia Tenggara saat ini.

Belum lama ini 45 pemain Laos terkena hukuman atau sanksi tak boleh bermain bola seumur hidup dari FIFA.

Hal itu karena keterlibatan mereka dalam kasus pengaturan pertandingan di turnamen internasional beberapa tahun terakhir.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom)


Editor : Ragil Darmawan
Sumber : SuperBall.id

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X