"Kemudian yang mati dan cacat serta kritis, dipastikan itu terjadi desak-desakan karena adanya gas air mata yang disemprotkan. Itu penyebabnya," lanjutnya.
Saat ini, TGIPF juga sedang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengetahui kadar racun yang ada pada gas air mata tersebut.
Kendati demikian, apapun hasil penelitian yang dilakukan oleh BRIN tak mengubah kesimpulan TGIPF yang menyatakan bahwa gas air mata adalah penyebab utama kejadian ini.
"Adapun tingkat berbahaya racun pada gas itu sekarang sedang diperiksa oleh BRIN."
"Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN, tidak mengubah kesimpulan bahwa kematian massal itu disebabkan oleh gas air mata," pungkasnya.
View this post on Instagram
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Sekretariat Presiden |
Komentar