Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Kelantan FC menjadi klub sepak bola pertama di Malaysia yang melarang permainan lato-lato dibawa masuk ke stadion selama pertandingan.
Instruksi tersebut dikeluarkan oleh pemilik The Red Warriors, Norizam Tukiman, di halaman Facebook-nya, Sabtu (25/2/2023).
Larangan tersebut dibuat beberapa jam sebelum laga perdana Kelantan FC di Liga Super Malaysia 2023 melawan Kuching City FC.
Pertandingan kedua tim tersebut berlangsung di Stadion Sultan Muhammad IV, Kelantan, Sabtu (25/2/2023) sore WIB.
Baca Juga: SEA Games 2023 Belum Dimulai, Pelatih Timnas U-23 Malaysia Dibikin Ketar-ketir
"Lato-Lato dilarang masuk stadion untuk pertandingan sore ini," tulis Norizam dikutip SuperBall.id dari Hmetro.com.my.
Larangan membawa lato-lato masuk ke stadion ini kemudian disambut baik oleh rata-rata suporter sepak bola setempat.
Pasalnya, mereka menyebut suara permainan tersebut mengganggu konsentrasi penonton di dalam stadion.
Selain itu, polusi suara dari permainan tersebut juga dinilai berbahaya dan bisa merugikan orang lain di sekitar stadion.
“Harapannya semua stadion bisa melarang permainan lato-lato."
"Suaranya cukup menyesakkan jiwa dan bisa membuat panas," kata seorang suporter.
Pendukung lainnya berkomentar, "Saya setuju bos Norizam melarang lato-lato di stadion."
"Permainan itu telah mengganggu kami yang hanya ingin menonton sepak bola."
Fans lain menambahkan, “Satu Malaysia, termasuk Sabah dan Sarawak, harus melarang bermain lato-lato karena suaranya menjengkelkan."
Permainan lato-lato belakangan memang menjadi tren di dunia, khususnya di Indonesia dan Malaysia.
Namun, mainan berupa dua bandul atau bola yang diikat dengan tali panjang ini sejatinya bukan permainan baru.
Dilansir dari Kompas.com, lato-lato sudah dikenal sejak tahun 1960 hingga 1970-an di Jerman dan Swiss dengan nama Klick-Klack-Kugeln.
Klick-Klack-Kugeln berarti bola yang berbunyi klik klak jika beradu.
Selain itu, lato-lato juga dikenal dan ada di berbagai belahan dunia.
Di Amerika misalnya, permainan ini dikenal sebagai clackers, di Belanda dikenal sebagai Klik-klak-rage.
Adapun tujuan permainan lato-lato adalah mempertahankan kestabilan ritme gerakan bandul.
Hal ini akan menimbulkan suara "tek-tek-tek" yang keras.
Di Indonesia mainan ini juga sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an.
Ada yang mengenalnya dengan nama noknok, tergantung wilayahnya.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa penamaan lato-lato diambil dari bahasa Bugis yang berarti klakson.
Ada juga yang menyebutnya sebagai katto-katto yang juga punya arti sama.
Baca Juga: Rival Timnas Indonesia Berambisi Tampil di Piala Dunia 2026, Segala Upaya Bakal Dikerahkan