"Karena itu tidak mendidik tapi kalau sanksi sosial mungkin bagus, tapi bukan kewajiban lima orang saja, tapi kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk menghilangkan kegiatan rasis," kata Gede.
"Tetapi kalau si pengadil tidak bisa membuktikan siapa yang melakukan lalu dasar denda Rp 15 juta itu apa? Jadi jangan ini dijadikan alat untuk satu arah memutuskan sepihak. Tidak bagus," jelas pengusaha asal Surabaya tersebut.
Gede masih ingin mengetahui bukti yang pas apakah pemainnya itu bersalah atau tidak.
Untuk sanksi sosial, Gede menerima hukuman tersebut.
Komdis PSSI juga meminta pemain Persija mengampanyekan anti rasis lewat media sosial Macan Kemayoran atau pribadi selama enam bulan.
Padahal menurut Gede, tidak ada fakta yang menyebutkan bahwa pemain Persija bersalah.
"Di situ kan tidak terbukti, nggak fair. Sebuah hukuman diberikan berdasarkan fakta yang ada," kata Gede.
"Kalau umpamanya faktanya video, saya bisa sampaikan Persija (Jakmania) dijelek-jelekan banyak sekali rekamannya. Namun, saya tidak mau, makanya saya kemarin saya sudah sampaikan permintaan maaf secara terbuka selaku pimpinan tertinggi di Persija."
"Itu hukuman sosial yang paling tinggi karena saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa, saya langsung ambil alih kesalahan itu, saya langsung minta maaf," kata Gede menambahkan.
Lebih lanjut Gede mengatakan bahwa pemainnya sangat keberatan apabila harus membayar denda Rp 15 juta.
Sebab, ada pemainnya yang bergaji tidak sebesar uang yang harus dibayarkan ke Komdis PSSI.
"Lha wong ini baru pertama kali kejadian. Buktinya nggak ada sanksinya Komdis PSSI sudah langsung. Yang makai narkoba saja direhabilitasi dulu. Jadi sangat tidak mendidik dan tidak memiliki kemampuan hukum dan saya sangat kecewa karena Komdis PSSI tidak mendidik. Malah semena-mena," kata Gede.
Editor | : | Aulli Reza Atmam |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar