Polisi mengungkap cara kerja Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah, Johar Lin Eng, dalam mengatur pertandingan Liga 2 dan Liga 3.
Hal itu dilakukan setelah Satgas Antimafia Bola Polri melalui Polda Metro Jaya menetapkan pria yang juga anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI tersebut sebagai tersangka.
Johar Lin Eng ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penipuan dan penyuapan.
Johar Lin Eng ditangkap di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, atas kasus penipuan yang melibatkan manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani.
Bersama Priyanto dan Anik, anggota Exco PSSI sekaligus Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah dinyatakan bersalah dan terbukti menipu Persibara.
“Penangkapan hari ini, besok baru lakukan penahanan. Sudah tersangka, sudah. Sudah kami tangkap berarti tersangka ya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono.
(Baca juga: Boxing Day Liga Australia, Eks Bek Liverpool Gagal Rasakan Kemenangan setelah Sempat Unggul)
(Baca juga: Persik Cetak Tiga Gol dan Menang untuk Buka Peluang Juarai Liga 3 2018)
“Dia kena pasal penipuan dan penggelapan serta suap. Kena tindak pidana dan pencucian uang, maka tuntutan hukumannya 5 tahun ke atas,” jelas Argo Yuwono.
Setelah mendalami peran Johar Lin Eng dalam kasus tersebut, Polda Metro Jaya berhasil mengungkap cara kerja Ketua Asprov Jawa Tengah itu.
Selain Persibara, Johar Lin Eng ternyata kerap mengatur tim-tim lain di Liga 2 dan Liga 3.
Argo Yuwono menjelaskan, tim yang datang menemui Johar Lin Eng dan memberi sejumlah uang akan mendapat keistimewaan.
"Yang dia pilih, yang sudah komunikasi dengan dia, ditaruh di grup yang ringan," jelas Argo Yuwono, sebagaimana dilansir SuperBall.id dan BolaSport.com dari Tribun Jabar.
Tak hanya itu, pengaruh yang dimiliki Johar Lin Eng bahkan bisa menentukan perangkat pertandingan yang bertugas di suatu laga.
"Dia bisa juga menentukan hari apa mainnya, jam berapa mainnya, ada semua dia," tambah Argo Yuwono.
Nama Johar Lin Eng mencuat setelah manajer Persibara Lasmi Indriyani membongkar laporan keuangan timnya yang ternyata sebagian diberikan untuk oknum PSSI.
Kasus yang menimpa Persibara tak hanya melibatkan Johar Lin Eng, Priyanto, dan Anik.
Ada pula Asprov PSSI Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus anggota Komisi Disiplin Dwi Irianto, yang ikut terseret kasus tersebut.
Dalam acara Mata Najwa bertema PSSI Bisa Apa Jilid 2, Dwi Irianto alias Mbah Putih disebut menerima uang sebesar Rp 15 juta, sementara Johar Lin Eng senilai Rp 25 juta.
Selain Johar Lin Eng, ada dua lagi anggota Exco PSSI yang terlibat skandal pengaturan skor, yaitu Hidayat dan Papat Yunisal.
Hidayat sudah mengundurkan diri dari Exco PSSI.
PSSI juga sudah menghukumnya, yaitu tak boleh beraktivitas di dunia sepak bola Indonesia selama 3 tahun, tak boleh memasuki stadion di Indonesia selama 2 tahun, dan didenda Rp 150 juta.
Sedangkan Papat Yunisal belum terkena hukuman apa pun.
Satgas Antimafia Bola Polri akan terus mengejar dan menangkap siapa saja yang terlibat pengaturan skor, termasuk anggota lain Exco PSSI.
SUSUNAN LENGKAP EXCO PSSI 2016-2020
Ketua Umum:
Edy Rahmayadi
Wakil Ketua Umum:
Joko Driyono, Iwan Budianto
Anggota Exco:
Hidayat (mundur), Yunus Nusi, Condro Kirono, Gusti Randa, Pieter Tanuri, Juni A Rahman, AS Sukawijaya, Johar Lin Eng, Refrizal, Dirk Soplanit, Very Mulyadi, dan Papat Yunisal
Cara Bambang Suryo
Sebelum Johar Lin Eng, nama Bambang Suryo lebih dulu muncul sebagai mafia pengaturan skor pertandingan.
Bambang Suryo, mantan pemain PS Palembang, selama ini berperan sebagai perantara (runner) antara bandar dan operator lapangan.
Cara yang dilakukan Bambang Suryo adalah:
1. Mendekati manajemen salah satu tim yang pertandingannya diatur.
Manajemen klub itu akan dicek, butuh uang atau tidak.
Jika manajemennya tak mau curang dan tak butuh uang, pengaturan batal dilakukan.
2. Mendekati pelatih klub terkait.
Jika cara ini juga gagal, akan mendekati pemain.
Biasanya pendekatan ke pemain tak pernah gagal.
Pemain yang didekati tak hanya 1 orang, tapi 5 sampai 6 orang dalam usaha pengaturan skor.
Lazimnya, digunakan orang yang dekat dengan pemain itu.
Jika sudah kenal dekat, maka pemain itu bisa langsung diajak diskusi.
Pemain yang diajak atur skor bukan cuma lokal, melainkan juga asing.
3. Berkoordinasi dengan wasit.
Koordinasi dengan wasit dilakukan mengenai skenario yang diharapkan terjadi di lapangan.
Sebelum bertanding, wasit diberi tahu bahwa nanti kejadiannya bakal seperti apa, misalnya pada 15 menit ke atas sudah harus terjadi gol.
Biasanya, "bola jalan" ini lebih menggiurkan karena mendapat uang banyak, apalagi jika ada gol di atas menit ke-85, krusial, uang lebih besar lagi.
Editor | : | Aulli Reza Atmam |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar