SUPERBALL.ID - Legenda Timnas Thailand, Witthaya Laohakul, mengungkap masalah yang dialami sepak bola negaranya khususnya di usia muda.
Timnas U-20 Thailand gagal mengikuti jejak Timnas U-20 Indonesia untuk bermain di Piala Asia U-20 2023.
Setelah gagal finis pertama di Grup H babak kualifikasi, Thailand gagal mendapat tiket lewat jalur runner-up terbaik.
Sebagai informasi, hanya 10 juara grup dan lima runner-up terbaik yang berhak lolos ke putaran final.
Baca Juga: Jadwal Uji Coba Timnas U-20 Indonesia, Marselino Ferdinan dkk Bakal Tantang Turki
Adapun Thailand hanya mampu finis di peringkat keenam dalam klasemen runner-up terbaik di babak kualifikasi.
Tak ayal, kegagalan Thailand lolos ke Piala Asia U-20 2023 menjadi sorotan legendanya, Witthaya Laohakul.
Baru-baru ini, ia membeberkan masalah yang dialami oleh sepak bola Thailand, khususnya dalam pembinaan usia muda.
Alh-alih menyalahkan pelatih, Witthaya menyebut kegagalan Thailand disebabkan oleh sistem yang bermasalah.
“Secara pribadi, saya tidak pernah menyalahkan pelatih tim nasional," kata Witthaya, dikutip SuperBall.id dari The Thao.
Menurutnya, sepak bola Thailand tidak sistematis karena tidak ada kesinambungan antar generasi pemain.
Ia menilai hal itu membuat Thailand kesulitan bersaing dengan Vietnam dan Indonesia d level junior.
“Sepak bola Thailand tidak sistematis. Kami bisa memenangi turnamen tetapi tidak ada kesinambungan antar generasi pemain."
"Di Asia Tenggara, tim junior Thailand tidak bisa bersaing dengan Vietnam atau Indonesia, yang merupakan tanda bahaya," ucapnya.
Baca Juga: Gagal Bawa Tim Lolos ke Piala Asia U-20 2023, Pelatih Timnas U-20 Thailand Didesak Mundur
Witthaya kemudian menyoroti bagaimana Vietnam membangun akademi dengan sangat baik dan sesuai dengan standar dunia.
Ia mengatakan salah satu alasan Thailand sulit menghasilkan pemain bagus adalah karena hanya beberapa klub yang memiliki akademi.
Oleh karena itu, Witthaya ingin Thailand memiliki lebih banyak akademi untuk mengasah para pemain muda.
"Akademi Vietnam dibangun sesuai dengan standar dunia dan berada di top 4 Asia, tepat di belakang Korea Selatan, Jepang dan Qatar."
"Bahkan bisa dibandingkan dengan akademi Borussia Dortmund atau Bayern Muenchen,” kata mantan pemain Hertha BSC itu.
Ia menambahkan, “Di akademi sepak bola, metode pelatihan untuk setiap kelompok umur pemain sangat penting."
"Jerman memiliki sekitar 37 akademi, Jepang memiliki 6 hingga 7 akademi hingga menghasilkan 200 pemain seperti Shinji Kagawa."
"Korea Selatan bisa menghasilkan 100 pemain seperti Son Heung-min."
"Sedangkan Thailand sejauh ini hanya memiliki beberapa pemain unggulan seperti Piyapong, Chanathip, dan Kiatisuk."
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | Thethao247.vn |
Komentar