Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Memasuki era 2000-an, futsal mulai berkembang di Indonesia. Tidak sedikit orang yang memainkan permainan olahraga lima lawan lima dalam satu lapangan itu. Kendati demikian, kompetisi futsal profesional di Indonesia pertama kali digelar pada musim 2006-2007.
Pagelaran itu bisa dibilang cukup terlambat untuk futsal di Indonesia. Sebab, di level Asia Tenggara saja, Piala AFF Futsal sudah mulai digelar sejak 2001. Sementara apa yang dilakukan tim Indonesia? Perlu diketahui, pada tahun itu Indonesia tidak mengirimkan perwakilannya.
Absen di edisi pertama menjadi pemacu bagi Indonesia untuk mulai mengembangkan olahraga yang berasal dari Uruguay tersebut. Walhasil, timnas futsal Indonesia mulai mengikuti Piala AFF Futsal pada musim 2003 dengan mendapatkan prestasi peringkat ketiga. Prestasi terbaik timnas futsal Indonesia di Piala AFF Futsal terjadi pada musim 2010. Itu pun Thailand yang selalu meraih gelar juara dari 2001 sampai sekarang tidak ikut berpartisipasi pada musim 2010. Lantas sampai kapan kita merasakan juara kembali?
Di era sekarang, futsal sudah sangat banyak diminati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat Tanah Air yang mencoba berusaha keras bagaimana caranya bisa menjadi pemain futsal. Apalagi di setiap klub profesional futsal masih jarang yang memiliki akademi untuk mengembangkan pemainnya menjadi profesional.
Salah satu jalur yang akan membawa setiap orang menjadi pemain futsal profesional yaitu dengan mengikuti turnamen. Tak bisa dipungkiri, turnamen futsal menjadi pilihan akhir bagi orang-orang yang ingin mengembangkan kariernya. Tentu saja banyak pemandu bakat di dunia futsal yang akan melihat turnamen tersebut dan mencari pemain baru untuk timnya.
Salah satu turnamen yang bergengsi bagi pemain futsal non profesional itu adalah Super Soccer Futsal Battle 2018. Tahun ini menjadi pagelaran keduanya bagi turnamen tersebut. Tahun lalu ajang grand final digelar di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Pada tahun ini, ajang yang mempertandingkan 480 tim dari 30 kabupaten dan kota itu mengakhiri turnamen di Mall Taman Anggrek, Jakarta, pada 13-14 Oktober 2018.
"Saya puas dengan turnamen ini. Antusias penonton dari pertama sampai akhir bertambah. Termasuk juga para pesertanya. Kalau kalian lihat, sekarang kami tegaskan untuk setiap klub memakai patch turnamen ini di jerseynya. Tak hanya mau mengembangkan turnamen ini, kami juga ingin serius dari segi jersey," kata Direktur Roro Jonggrang, Joko Pramudji.
Super Soccer Futsal Battle 2018 juga mempersilahkan setiap tim untuk memakai dua pemain profesional. Tujuannya untuk menambah mental bertanding para pemain-pemain non profesional bila bertemu dalam lapangan. Adanya pemain profesional juga untuk memberikan kesempatan kepada mereka menjaga fisik seketika Pro Futsal League sudah selesai pada Mei lalu.
Para pemain non profesional juga terlihat memiliki semangat ekstra untuk menghadapi pemain-pemain profesional. Mereka seakan tidak melihat kekuatan sang lawan. Kemungkinan besar yang ada di isi kepalanya itu hanya berusaha menunjukan permainan terbaik seketika diberikan kepercayaan oleh pelatih.
Namun sayangnya, pada acara grand final, pelatih timnas futsal Indonesia, Kensuke Takahashi, tidak datang. Sosok pelatih asal Jepang itu masih berada di Yogyakarta untuk memantau seleksi pemain timnas futsal Indonesia U-20. Jika ada Kensuke Takahashi, maka mungkin saja ada beberapa pemain yang membuatnya tertarik untuk dipantau lebih lanjut.
"Saya melihat pemain biasa banyak yang mengimbangi permainan pemain profesional. Nanti akan kami sampaikan ke teman-teman pelatih bahwa di sini banyak pemain non profesional berkualitas. Kami punya data basenya dan akan kami berikan kepada Federasi Futsal Indonesia (FFI) atau pemilik klub kenapa tidak mau mencoba pemain-pemain dari turnamen ini ke kompetisi," kata Joko Pramudji.
Super Soccer Futsal Battle rencananya akan terus dikembangkan pada tahun depan. Salah satunya ingin mengundang peserta dari Asia Tenggara. Tentu saja tujuan itu dilakukan agar bisa melihat bagaimana kualitas pemain-pemain non profesional antara Indonesia dengan negara di kawasan ASEAN tersebut. Rencana itu masih dimatangkan dan berharap digelar sesuai dengan harapan.
"Jadi kami nanti akan berencana untuk mengundang tim dari Thailand, Malaysia, atau Singapura. Kami ingin melakukan itu untuk melihat kekuatan sejauh mana pemain-pemain Indonesia bisa mengatasi tim-tim dari Asia Tenggara," kata Joko Pramudji.
Semangat Pantang Menyerah
Grand final Super Soccer Futsal Battle 2018 sudah selesai dengan Kerambah Futsal FC yang keluar menjadi juaranya. Anak-anak muda asal Bekasi itu sukses mengalahkan Al Fallah Futsal FC lewat tendangan adu penalti setelah sebelumnya kedua tim bermain imbang tanpa gol di waktu normal, Minggu (14/10/2018). Salah satu pemain Kerambah Futsal FC, Hamzah, mengaku timnya tidak pernah berpikir untuk meraih gelar juara di ajang tersebut.
Pemain profesional dari klub Halus FC Jakarta itu hanya terus memotivasi kepada rekan-rekannya untuk bermain sebaik mungkin. Rasa percaya diri sebelum pertandingan harus ada dalam setiap pemain Kerambah Futsal FC. Setidaknya itu salah satu cara untuk mengatasi setiap pemain lawan di atas lapangan, terutama pemain-pemain berlevel profesional.
"Dari awal kami hanya punya semangat. Kedua, banyak tim yang meremehkan kami karena melihat kapasitas kami yang muda dan rata-rata kelahiran 2000 ke atas. Tapi akhirnya kami bisa mengembalikan keadaan," kata Hamzah.
Sebelum mengikuti turnamen itu, Hamzah mengatakan timnya hanya bermain nothing tulus. Tidak ada target yang diminta oleh pelatih atau manajer. Dengan pemain seadanya, anak-anak kawasan Jati Luhur, Bekasi, itu berhasil mendapatkan uang tunai sebesar Rp 20 juta.
"Tidak ada target. Saya sebagai pemain senior hanya bilang semangat kepada teman-teman. Kami pernah kalah sekali tapi akhirnya kami terus berusaha sampai peluit akhir berbunyi. Hasilnya kami bisa mengimbangi permainan pemain-pemain profesional," ucap Hamzah.
Keberhasilan Kerambah Futsal FC semakin bertambah setelah penjaga gawang mereka, Imam, berhasil menyabet gelar pemain terbaik di Super Soccer Futsal Battle 2018. Pemain profesional dari IPC Pelindo II Jakarta itu mengatakan tidak pernah terpikir bisa menjadi pemain terbaik. Hal itu didasari kualitas pemain-pemain Kerambah Futsal FC biasa saja, hanya memiliki semangat yang tinggi dan bekerja keras.
"Sebagai pemain pro, saya melihat banyak kualitas pemain-pemain muda di sini untuk masa depan Indonesia. Susah juga untuk menghadapi pemain-pemain bukan profesional karena menurut saya sekarang futsal sudah merata dan jago semua," kata Imam yang berhak mendapatkan uang tunai sebesar Rp 3 juta.
Tak Pernah Gentar
Kualitas pemain-pemain profesional futsal di Indonesia memang tidak perlu ditanyakan lagi. Namun, apresiasi juga harus ditunjukan kepada tim-tim yang tidak memakai pemain profesional di ajang Super Soccer Futsal Battle 2018, salah satunya Al Fallah Futsal FC. Pemain yang semuanya berasal dari Universitas Budi Luhur (UBL), Pesanggrahan, Jakarta Selatan, itu mayoritas di isi oleh Mahasiswa-mahasiswa baru. Terbukti, Al Fallah Futsal FC berhasil melaju ke final setelah menumbangkan juara bertahan Aldira FC.
Sang pelatih Al Fallah Futsal FC, Arief Nurrahmadan, mengatakan dari awal memang tidak pernah terpikir untuk memasukan pemain profesional di skuatnya. Arief sangat percaya dengan kualitas para pemainnya yang bisa mengimbangi tim-tim lawan di atas lapangan.
"Kami merupakan tim kampus dari UBL yang hanya bekerja keras karena anak-anak seri latihan, jadi kami tidak pernah takut dengan tim lawan," kata Arief.
Apresiasi tinggi diberikan Arief kepada skuatnya meskipun hanya mendapatkan peringkat kedua terbaik di ajang Super Soccer Futsal Battle 2018. Menurut Arief, pemain-pemainnya sudah menunjukan bagaimana permainan futsal yang ia inginkan meskipun tidak menjadi juara.
Arief juga menilai kualitas pemain-pemainnya banyak yang bisa mengimbangi permainan-permainan dari pemain profesional. Namun, ia melihat masih butuh waktu yang lama bagi skuatnya untuk bisa mencicipi kompetisi futsal teratas di Indonesia dalam waktu dekat.
"Saya lihat yang jelas pemain kami butuh waktu untuk bisa bermain di level profesional karena hampir 50 persen baru pada lulus SMA. Mungkin turnamen ini hanya untuk menambah jam terbang setiap pemain yang mau berlaga di kompetisi futsal Mahasiswa," kata Arief.