Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pelatih Arema FC Javier Roca Tunjuk Hidung Pihak di Balik Tragedi Kanjuruhan

By Ragil Darmawan - Senin, 3 Oktober 2022 | 14:25 WIB
Suasana kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). (KOMPAS.COM/IMRON HAKIKI)

SUPERBALL.ID - Pelatih Arema FC, Javier Roca, menceritakan kejadian yang mencekam saat kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2020) malam WIB.

Seperti diketahui, pasca Arema FC menelan kekalahan 2-3 dari Persebaya Surabaya dalam laga lanjutan Liga 1, sejumlah penonton menyerbu masuk ke lapangan, diduga untuk meluapkan emosinya.

Situasi yang semakin tidak kondusif membuat pihak keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Kepanikan yang dialami para penonton pun membuat mereka berdesak-desakan untuk menuju pintu keluar stadion.

Akibatnya sejumlah orang dilaporkan terjatuh dan terinjak-injak lantaran kehabisan oksigen.

Kericuhan yang terjadi saat itu menimbulkan sedikitnya 174 orang meninggal dan ratusan lainnya terluka.

Baca Juga: 2 Faktor yang Diduga Kuat Jadi Penyebab Utama Banyaknya Korban Jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan

Menanggapi soal tragedi Kanjuruhan, Javier Roca bercerita tentang apa yang ia alami pada saat di stadion.

Hal tersebut ia utarakan melalui interview di program olahraga media Spanyol (Carrsel Deportivo) yang disiarkan oleh Cadena Ser.

"Siapa pun yang menang adalah yang terbaik dan siapa pun yang kalah harus mati, begitulah. Saatnya untuk bercermin," keluh Javier Roca di Carrusel Deportivo.

"Saya hancur secara mental. Saya merasakan beban yang sangat berat, bahkan tanggung jawab."

"Kami tidak pernah mengira ini akan terjadi, para pemain memiliki hubungan yang baik dengan para penggemar."

"Saya pergi ke ruang ganti dan beberapa pemain tetap berada di lapangan."

"Ketika saya kembali dari konferensi pers, saya menemukan tragedi dan kasus di dalam stadion," jelasnya.

Salah satu hal yang membuat hati Javier Roca hancur lebur yaitu saat melihat korban yang meninggal di pelukan pemain.

"Anak laki-laki lewat dengan korban di tangan mereka," lanjutnya.

"Yang paling mengerikan saat korban masuk untuk dirawat oleh tim dokter."

"Sekitar dua puluh orang masuk dan empat meninggal."

"Ada suporter yang meninggal di pelukan pemain," ungkapnya.

Meskipun ia tidak mengalami atau melihat tragedi itu sebagai orang pertama, Javier Roca berpikir bahwa tidak hanya ada satu penyebab dari insiden tersebut.

Menurutnya, polisi telah melampaui batas dengan menembakkan gas air mata di dalam stadion, sehingga menimbulkan kepanikan dan membahayakan banyak orang.

"Ditunjukkan bahwa stadion tidak siap, mereka tidak mengharapkan kekacauan sebesar itu. Itu seperti longsoran salju," ujar Javier Roca sebagaimana dikutip SuperBall.id dari Cadenaser.com.

"Tidak ada yang seperti ini yang pernah terjadi di stadion, dan itu runtuh oleh jumlah orang yang ingin melarikan diri."

"Saya kira polisi melampaui batas, padahal saya tidak di lapangan dan saya tidak merasakan hasilnya."

"Melihat gambar-gambar (kejadian) itu, mungkin mereka bisa menggunakan teknik lain."

Selain itu, keterlambatan ambulans yang tiba juga dianggap Roca sebagai penyebab banyaknya korban jiwa.

"Ini adalah stadion yang sudah pensiun dan kami berada di kota yang relatif kecil, tidak ada cukup kapasitas untuk tiba."

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P