SUPERBALL.ID - Kiper Arema FC, Teguh Amiruddin, menceritakan kisah ketika ia dan beberapa rekannya ikut membantu evakuasi korban tragedi Kanjuruhan.
Sedikitnya 125 orang, termasuk 32 anak-anak, tewas dalam insiden yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB itu.
Insiden ini bermula ketika ribuan suporter menyebu lapangan usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya.
Aparat keamanan kemudian menembakkan gas air mata yang menyebabkan para penggemar panik berlarian keluar dari stadion.
Baca Juga: Update Terbaru Tragedi Kanjuruhan Ada 33 Anak Meninggal, Sinyal Merah Buat PSSI dan LIB
Hal ini menyebabkan gerombolan suporter berdesak-desakan hingga terjatuh dan terinjak akibat kehabisan oksigen.
Ini merupakan salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah sepak bola.
Teguh Amiruddin mengungkap sorak sorai penonton seketika berubah menjadi jerit tangis ketika pertandingan berakhir.
Ia mengaku melihat banyak korban tergeletak dan berjejer di depan ruang ganti pemain.
Melihat hal itu, para pemain Arema FC kemudian sepakat untuk membuka pintu ruang ganti pemain sebagai tempat evakuasi.
Pasalnya, tidak ada tempat lain yang bisa digunakan akibat terlalu banyak korban.
"Akhirnya pemain sepakat membuka pintu pemain. Apalagi saat melihat keluar ruangan, sudah terlihat banyak korban berjejer," ucap Teguh, dikutip SuperBall.id dari Suryamalang.com.
Saat keluar ruang ganti, Teguh mengaku melihat Aremania sedang menggotong korban dari tribune.
Ia pun membantu evakuasi korban tersebut dan meminta agar korban langsung dimasukkan ke ruang ganti.
Teguh mengaku ia masih bisa melihat mulut korban bergetar ketika digotong.
Akan tetapi, beberapa menit kemudian saat korban diletakkan di lantai, sudah tidak ada getaran di mulutnya.
Urat nadi di leher dan tangan korban juga sudah tidak lagi berdetak dan kakinya pun berubah menjadi dingin.
Dan ternyata korban yang sempat ia gotong telah meninggal dunia.
"Saat itu, saya dan dua pemain keluar ruangan, melihat Aremania menggotong korban dari tribune."
"Kami bergabung (menggotong) dan saya minta untuk langsung dimasukkan ke ruang ganti."
"Tapi saat kami letakkan di lantai, berselang beberapa menit sudah tidak ada lagi getaran mulutnya."
"Setelah kami cek urat nadi di leher dan tangannya sudah tidak lagi berdetak. Kakinya pun berubah menjadi dingin," lanjut Teguh.
Teguh mengaku setidaknya ada 10 korban yang dievakuasi ke ruang ganti pemain, empat di antaranya meninggal dunia.
"Selang beberapa lama, seluruh korban kemudian dievakuasi oleh pihak kepolisian ke rumah sakit," kata Teguh.
Menurut Teguh, saat itu ia bersama pemain yang lain masih tertahan di ruang ganti hingga pukul 04.00 WIB.
Hal ini karena manajemen mengimbau pemain untuk tidak pulang terlebih dahulu dengan alasan keamanan.
"Karena kan situasi tidak kondusif saat itu. Banyak Aremania dan korban yang dievakuasi di ruang utama stadion, yang berada tepat di depan ruang ganti," ungkap Teguh.
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Suryamalang.tribunnews.com |
Komentar