SUPERBALL.ID - Mantan striker Arema FC, Noh Alam Shah, mengenang kembali pengalaman mencekam saat bermain di Indonesia ketika mengomentari tragedi Kanjuruhan.
Mantan penyerang andalan Timnas Singapura itu bukanlah sosok yang asing di sepak bola Indonesia.
Ia pernah memperkuat beberapa klub di Indonesia yakni Arema FC, Persib Bandung, dan PSS Sleman.
Sayangnya, ia pernah mengalami pengalaman yang paling menakutkan baginya saat bermain di Indonesia.
Baru-baru ini, ia menceritakan pengalaman ketika dirinya berhadapan dengan fanatisme klub sepak bola Indonesia.
Ia mengenang pertandingan Derby Jawa Timur pertamanya saat menjalani musim pertama bersama Arema FC pada 2010.
Dalam laga tandang ke markas Persebaya Surabaya, Alam Shah mengatakan bahwa bus Arema FC dilempari batu oleh suporter lawan.
Pria berusia 42 tahun itu mengaku sangat khawatir dengan hidupnya dan rekan-rekannya pada saat itu.
Bahkan, Alam Shah mengaku bahwa itu adalah salah satu pengalaman paling menakutkan bagi dirinya.
"Ketika tim kami tiba di pintu masuk stadion, para penggemar mereka melempari batu dan mengguncang bus kami."
"Kami semua berjongkok di lantai di dalam bus."
"Datang dari Singapura, saya tidak terbiasa melihat ini, dan saya benar-benar mengkhawatirkan hidup kami."
"Itu adalah salah satu pengalaman paling menakutkan bagi saya."
"Butuh waktu lama sebelum polisi membuka jalan bagi kami untuk memasuki stadion,” kata Alam Shah, dikutip SuperBall.id dari Straits Times.
Terkait tragedi Kanjuruhan yang menewaskan sedikitnya 125 orang, Alam Shah pun memberikan komentarnya.
Berkaca dari pengalaman di Indonesia, Alam Shah menyebut hanya masalah waktu sebelum peristiwa tragis itu terjadi.
"Hanya masalah waktu sebelum terjadi sesuatu yang tragis seperti ini," kata manajer tim Tanjong Pagar United itu.
Meski begitu, ia tetap kesal dan marah atas insiden di Stadion Kanjuruhan itu, apalagi sang istri berasal dari Malang.
Ia mengungkapkan bahwa sang istri menangis setelah mengetahui berita itu dan langsung menelpon kerabat dan keluarganya.
Bukan hanya Alam Shah, pengalaman serupa juga dialami mantan pemain Timnas Singapura lainnya Mustafic Fahrudin.
Fahrudin, yang bermain di Indonesia dari 2009 hingga 2011, menceritakan momen mencekam bersama Persija Jakarta.
Saat perjalanan kembali ke hotel setelah pelatihan, sekitar 20 penggemar tim rival dengan sepeda motor berhenti di depan bus tim dan mulai melempari para pemain dengan batu.
"Salah satu orang memukul saya di kepala, dan saya harus mendapatkan empat jahitan," kata Fahrudin.
"Saya bisa membayangkan seperti apa kekacauan itu (tragedi Kanjuruhan)."
"Orang Indonesia sangat mencintai sepak bola, tapi tidak ada yang lebih penting dari nyawa manusia," tambahnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | StraitsTimes.com |
Komentar