Menurutnya, ini disebabkan oleh perpecahan yang terjadi antara pemangku kepentingan di sepak bola Thailand.
“Pada akhirnya, sepak bola Thailand tidak bisa berkembang jika semua sektor tidak saling membantu."
"Sekarang semua orang masih terbagi. Saat ini pemerintah masih terpecah belah, Departemen Pendidikan Olahraga juga terbagi, Otoritas Olahraga Thailand (SAT) masih terpecah belah, Asosiasi Sepak Bola Thailand masih terpecah belah, pada akhirnya tidak ada jalan keluar," ucapnya.
Chanathip menyebutkan kasus bahwa klub Liga Thailand akan memisahkan dan mengelola liga di antara mereka sendiri.
"Secara pribadi, menurut saya klub besar akan bertahan, dia bertahan karena ada uang," kata Chanathip.
"Tapi tanyakan pada klub yang lebih rendah di level akar rumput. Gaji seorang pemain sepak bola hanya sepuluh ribu," ucapnya.
Baca Juga: Semifinal Piala AFF Berubah! Timnas U-19 Wanita Indonesia Harus Bertemu Thailand, Bukan Myanmar
Lebih lanjut, Chanathip juga menyoroti Stadion Rajamangala yang tidak lagi digunakan sebagai markas Timnas Thailand.
Terakhir kali stadion tersebut digunakan untuk pertandingan Timnas Thailand adalah pada Piala AFF 2018 silam.
"Sejak lima tahun lalu, saya belum pernah bermain di Stadion Rajamangala," kata Chanathip, dikutip SuperBall.id dari Thairath.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | Thairath.co.th |
Komentar