SUPERBALL.ID - Kapten Timnas Thailand, Chanathip Songkrasin, mengungkap alasan mengapa sepak bola negaranya tidak bisa berkembang.
Sepak bola Thailand saat ini tengah menghadapi krisis setelah munculnya sejumlah masalah berkaitan dengan manajemen.
Termasuk pengunduran diri Presiden Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) yang diduga karena ada campur tangan politik.
Hal itu tentu akan menyebabkan pelanggaran peraturan FIFA (FIFA).
Baca Juga: Jumpa Thailand, Timnas U-19 Wanita Indonesia Usung Misi Balas Dendam di Semifinal Piala AFF
Berkaca dari itu, Presiden FAT Somyot Poompanmoung memutuskan bahwa dirinya batal mengundurkan diri.
Somyot Poompanmoung akan tetap menjadi Presiden FAT hingga akhir masa jabatannya pada Februari 2024.
Baru-baru ini, Chanathip memberikan pandangannya tentang berbagai isu yang terjadi di sepak bola Thailand.
Salah satu isu yang dibahas oleh Chanathip adalah perkembangan industri sepak bola Thailand.
Pemain anyar Buriram United itu mengatakan bahwa sepak bola Thailand tidak bisa berkembang lebih jauh.
Menurutnya, ini disebabkan oleh perpecahan yang terjadi antara pemangku kepentingan di sepak bola Thailand.
“Pada akhirnya, sepak bola Thailand tidak bisa berkembang jika semua sektor tidak saling membantu."
"Sekarang semua orang masih terbagi. Saat ini pemerintah masih terpecah belah, Departemen Pendidikan Olahraga juga terbagi, Otoritas Olahraga Thailand (SAT) masih terpecah belah, Asosiasi Sepak Bola Thailand masih terpecah belah, pada akhirnya tidak ada jalan keluar," ucapnya.
Chanathip menyebutkan kasus bahwa klub Liga Thailand akan memisahkan dan mengelola liga di antara mereka sendiri.
"Secara pribadi, menurut saya klub besar akan bertahan, dia bertahan karena ada uang," kata Chanathip.
"Tapi tanyakan pada klub yang lebih rendah di level akar rumput. Gaji seorang pemain sepak bola hanya sepuluh ribu," ucapnya.
Baca Juga: Semifinal Piala AFF Berubah! Timnas U-19 Wanita Indonesia Harus Bertemu Thailand, Bukan Myanmar
Lebih lanjut, Chanathip juga menyoroti Stadion Rajamangala yang tidak lagi digunakan sebagai markas Timnas Thailand.
Terakhir kali stadion tersebut digunakan untuk pertandingan Timnas Thailand adalah pada Piala AFF 2018 silam.
"Sejak lima tahun lalu, saya belum pernah bermain di Stadion Rajamangala," kata Chanathip, dikutip SuperBall.id dari Thairath.
"Pada Hari Anak ketika saya masih berusia 8 tahun, ayah saya mengatakan bahwa hanya tim nasional yang boleh bermain di stadion ini."
"Hari ini itu tidak terjadi, mereka menggunakan Rajamangala untuk menggelar konser."
"Mereka memperbaiki rumput untuk laga melawan Manchester United, tetapi tim nasional tidak pernah bermain di sana."
"Tidak ada cara untuk berkembang. Itu sangat mendasar,” kata momok Timnas Indonesia di final Piala AFF 2020 itu.
Selain itu, Chanathip juga membahas tentang pembinaan pemain usia muda.
“Kita harus memperhatikan anak-anak. Lebih baik lihat akar rumput," kata pemain berusia 29 tahun itu.
"Mereka tidak punya kesempatan, dia tidak punya 3-4 sepuluh ribu baht, dia tidak punya gaji."
"Mereka tidak bermain, tidak memiliki peluang, harus menekan untuk masuk ke tim besar."
"Jika hanya tim besar yang sukses, sepak bola tidak menyenangkan, tidak ada yang berkembang," lanjut Chanathip.
Baca Juga: Skenario Indonesia Ketemu Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 Wanita 2023
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | Thairath.co.th |
Komentar