SUPERBALL.ID - Vietnam asuhan Philippe Troussier mungkin adalah tim langka di dunia yang kebobolan terlalu banyak gol akibat lemparan ke dalam saat menghadapi Timnas Indonesia.
Saat Troussier mengasuh Timnas U-23 Vietnam, mereka kebobolan 2 gol dari lemparan ke dalam Pratama Arhan pada semifinal sepak bola putra SEA Games 2023, Mei lalu.
Pada 21 Maret dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 di GBK, Jakarta, Vietnam yang juga dipimpin Troussier kebobolan gol dalam situasi lemparan ke dalam Pratama.
Namun, saat tim U-23 Vietnam dan Indonesia bertemu di final Piala AFF U-23 2023, tak ada gol tercipta hingga perpanjangan waktu.
Duel itu dimenangkan Vietnam asuhan Hoang Anh Tuan dengan adu penalti 6-5.
Perlu dicatat, tak ada Pratama Arhan dalam skuad Indonesia di turnamen itu.
Baca Juga: Jurus Lemparan ke Dalam Pratama Arhan Dikulik Legenda Vietnam
Arhan selalu leluasa melontarkan lemparan ke dalam langsung ke area 16 meter, bahkan area 5 meter, Vietnam.
Tak semua tim dan pelatih takut terhadap lemparan ke dalam Arhan.
Lemparan ke dalam, sekuat apa pun itu, tetaplah lemparan ke dalam, tak berbeda dengan tendangan bebas dari kaki, sama-sama mengkhawatirkan.
Fakta bahwa tim asuhan Troussier terus-menerus kebobolan gol dari situasi lemparan ke dalam Indonesia, menurut media Vietnam Dan Tri bukan karena hebatnya lemparan ke dalam itu sendiri.
"Itu terutama disebabkan oleh buruknya koordinasi pertahanan kami melawan bola-bola tinggi, jadi belum tentu karena lawannya terlalu bagus," ungkap Dan Tri.
Media itu mencontohkan kiper Quan Van Chuan asuhan pelatih Hoang Anh Tuan di Piala AFF U-23 2023.
"Kiper ini mengontrol situasi lemparan ke dalam Timnas U-23 Indonesia dengan sangat baik," jelasnya.
Sayangnya, media itu lupa, yang melakukan lemparan ke dalam bukanlah Arhan, karena dia tak ikut tampil di turnamen tersebut.
Baca Juga: Takut Digebuk Irak, Vietnam Jadikan Timnas Indonesia Target Utama Skenario ke Putaran Ketiga
Ketika kiper Quan Van Chuan kembali tampil di semifinal SEA Games 2023 lalu di bawah asuhan Troussier, dia gagal menguasai bola setiap kali Arhan melakukan lemparan ke dalam.
"Pasalnya, keseluruhan sistem pertahanan terhadap bola-bola tinggi kurang bagus, sehingga membuat kiper kehilangan ketenangannya," ungkap Dan Tri.
Begitulah yang terjadi saat Vietnam menghadapi Timnas Indonesia di GBK, 21 Maret lalu.
Padahal, Vietnam memiliki kiper Nguyen Filip (192 cm) yang jauh lebih tinggi dari Quan Van Chuan (181 cm).
Akan tetapi, susunan personel dan sistem pertahanan yang diatur Troussier membuat kiper Vietnam berpengalaman luar negeri itu hampir cacat dalam situasi anti-bola.
"Alih-alih menginstruksikan Nguyen Filip proaktif bergegas ke depan untuk memotong bola-bola tinggi hasil lemparan ke dalam Pratama Arhan, Troussier malah nyaris membuat kiper Vietnam itu tak bergerak di area gawang 5 meter," tulis Dan Tri.
Kelebihan Nguyen Filip dengan tinggi 192 cm dan rentang lengan yang sangat panjang, ditambah ketangguhannya dalam duel udara, sebetulnya menjadi rintangan bagi pemain Indonesia.
"Jika kiper Nguyen Filip proaktif bergegas ke depan untuk memotong bola-bola tersebut, setinggi apa pun pemain naturalisasi Indonesia, tidak akan menjadi masalah bagi Vietnam," jelas Dan Tri.
Baca Juga: Usai Kalah di GBK, Tiket Vietnam Vs Timnas Indonesia di My Dinh Kurang Laku
Selain itu, lanjut media tersebut, para pemain dalam sistem pertahanan Vietnam pada laga 21 Maret itu tak cocok untuk menghadapi pemain jangkung Timnas Indonesia.
Sebab, empat dari lima bek Vietnam pada pertandingan di GBK itu, kecuali Viet Anh (185 cm), terlalu pendek.
"Oleh karena itu, selama pemain Vietnam sangat lemah dalam perebutan bola tinggi, lawan sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk mengalahkan tim asuhan Troussier dengan cara yang paling sederhana," pungkas Dan Tri.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | DANTRI.com.vn |
Komentar