SUPERBALL.ID - Pelatih Timnas Vietnam, Philippe Troussier, berencana menerapkan strategi yang pernah membuat sepak bola Jepang meraih kesuksesan.
Pelatih asal Prancis itu berencana melakukan revolusi personel di Timnas Vietnam saat tim berkumpul kembali pada Juni mendatang.
Nantinya, hanya ada sekitar 13-14 nama yang dipertahankan dari 22 pemain Timnas Vietnam saat ini atau sekitar 60 persen.
Kemudian 20 persen akan disediakan untuk pemain di bawah usia 20 dan 23 tahun (U-20 dan U-23).
Baca Juga: Sorot Indonesia, Philippe Troussier Bikin Kecewa Vietnam Tak Lakoni FIFA Matchday
Sementara 20 persen sisanya akan diisi oleh pemain baru yang ditemukan dari Liga Vietnam, baik divisi pertama maupun kedua.
Artinya, nama-nama yang dulu menjadi andalan di bawah pelatih Park Hang-seo bisa dicoret jika gagal mempertahankan performanya.
Mereka juga bisa dicoret jika tidak menunjukkan kesesuaian dengan filosofi yang ingin dibangun oleh Troussier.
Pendekatan ini sejatinya telah diterapkan oleh Troussier selama empat tahun bekerja di Jepang (1998-2002).
Saat itu, ia memimpin tiga level tim nasional antara lain U-19, U-23, dan timnas senior.
Hasilnya, ia sukses membantu Timnas U-19 Jepang menjadi runner-up Piala Dunia U-19 1999.
Kemudian membawa Timnas U-23 Jepang mencapai babak perempat final Olimpiade Sydney 2000.
Sementara Timnas Jepang sukses memenangkan Piala Asia 2000 dan kemudian finis kedua di Piala Konfederasi 2001.
Strategi ini juga sukses mengantarkan Timnas Jepang lolos ke babak 16 besar Piala Dunia untuk kali pertama pada 2002.
Dalam sebuah wawancara, Troussier menceritakan bagaimana ia membangun strategi ini di sepak bola Jepang.
"Ketika saya mulai mengambil pekerjaan itu (pada tahun 1998), saya beruntung bisa melatih tiga generasi pemain."
Baca Juga: Pemain Muda Vietnam Sebut Taktik Philippe Troussier Aneh, Pertanda Gagal di SEA Games 2023?
"Timnas Jepang dibentuk untuk mengikuti Piala Dunia 2002, tim U-23 bersaing memperebutkan tiket ke Olimpiade 2000, dan tim U-19 meraih juara runner-up Asia dan akan mengikuti Piala Dunia U-20 1999."
"Saya harus mengakui bahwa ini sangat membantu saya."
"Jika Anda melihat daftar nama yang dipilih untuk Piala Dunia 2002, Anda akan melihat bahwa lebih dari 80 persen pemain berasal dari kelompok usia U-20 dan U-23."
"Dan kemudian generasi pemain muda ini menciptakan apa yang dikenal sebagai 'Era Troussier'," kata Troussier, dikutip SuperBall.id dari Soha.vn.
Beberapa waktu lalu, Troussier telah membangun skuad sesuai dengan strategi 3-4-3 bersama tim U-23 dan senior Vietnam.
Skema 3-4-3 juga ia terapkan ketika meraih kesuksesan di Jepang di mana saat itu masih terbilang baru.
"Filosofi saya bisa digambarkan dengan menggunakan pertahanan tiga bek tengah dan gaya menekan yang ketat. Saat itu, ini masih sangat baru."
"Tim saya bertahan dengan bola, bukan pemain, jadi kami harus mengubah cara kami bermain."
"Tapi begitu saya mulai bekerja dengan pemain muda, saya langsung mengerti bahwa mereka jauh lebih mudah dibentuk."
"Itu menjelaskan fakta bahwa saya menyingkirkan sebagian besar skuad pemain yang baru saja mengikuti Piala Dunia 1998 dan memberikan kesempatan kepada wajah-wajah baru."
"Saya hanya mempertahankan 4-5 pemain dari Piala Dunia 1998 untuk skuad Piala Dunia 2002," tambah Troussier.
Baca Juga: Media Vietnam Syok, Wawancara Pemain Jadi Terobosan Baru Philippe Troussier
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | Soha.vn |
Komentar