Kericuhan yang menimbulkan banyak korban dalam laga Arema FC melawan Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada (15/4/2018) tampaknya di luar perkiraan petugas medis.
Selain tenaganya yang minim, mereka juga kesulitan lantaran banyak alat medis yang hancur akibat ulah suporter.
“Kejadian ini di luar perkiraan meski kami sudah mematuhi prosedur secara normal," ujar Yepi, salah satu petugas medis yang bertugas kepada SuperBall.id dan BolaSport.com.
"Hal lain yang membuat sulit adalah banyaknya alat medis termasuk tabung oksigen yang rusak saat terjadi kericuhan. Padahal itu yang paling dibutuhkan,” tuturnya.
(Baca juga: Cara Senyap Persib Tinggalkan Stadion Kanjuruhan Pasca-ricuh Suporter)
Secara normal, setiap pertandingan minimal ada dua mobil ambulans yang berjaga serta sedikitnya ada 20 petugas kesehatan.
Namun, akibat kericuhan tersebut, petugas medis kewalahan. Sebab korban yang harus mendapatkan perawatan mencapai 200 orang.
Panitia Pelaksana, Panpel Arema FC yang dibantu dengan aparat kepolisian akhirnya mencari tenaga tambahan.
Mereka memanggil unit kesehatan beserta ambulans dari wilayah Kabupaten Malang.
“Kami sampaikan terimakasih pada petugas medis serta pihak kepolisian,” kata Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris.
Tambahan personel tersebut memang banyak membantu, tetapi tetap tidak sepadan dengan korban Aremania yang rata-rata kena imbas gas air mata.
Bahkan, rumah sakit terdekat, RSUD Kepanjen juga tidak mampu menampung jumlah korban Aremania.
Para suporter lantas dilarikan hingga ke rumah sakit di sekitar Kepanjen.
Laga Arema FC melawan Persib memang dipadati oleh Aremania. Stadion dengan kapasitas 45.000 penonton itu terisi penuh.
Hingga terjadinya kericuhan skor masih imbang 2-2.
Editor | : | Aidina Fitra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar