Menikmati Sepak Bola yang Lebih Demokratis lewat Piala Presiden

By Aulli Reza Atmam - Kamis, 15 Februari 2018 | 18:50 WIB
Trofi Piala Presiden (KOMPAS.COM)

Pasalnya, ada hak anggota-anggota FIFA yang terampas dalam uang yang masuk ke kantong pribadi para pejabat “nakal”.

Membangun kembali kepercayaan publik juga masuk ke dalam daftar pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Investigasi dan penangkapan tersebut memunculkan keraguan terhadap transparansi dan kejujuran dalam proses pengalokasian turnamen Piala Dunia, pemilihan presiden, serta administrasi dana, termasuk yang diperuntukkan dalam memperbaiki fasilitas sepak bola di beberapa anggota FIFA yang lebih miskin," tulis media ternama asal Inggris, BBC.

Acuan bagi Liga 1 

Kembali ke persepakbolaan Indonesia, dengan transparansinya maka pada akhirnya Piala Presiden pun menjadi kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati sepak bola yang lebih demokratis.

Namun, menjelang musim kompetisi Liga 1 2018 yang sudah di depan mata, akankah kesempatan itu terus ada?

Harapannya, ya!

Piala Presiden 2018 harus menjadi acuan terbaik, best practice, bagi penyelenggaraan Liga 1 2018 dan kompetisi atau turnamen-turnamen lainnya.

Piala Presiden 2018 ini ternyata lebih dari sekadar turnamen pramusim.

Ingat, publik semakin cerdas dan kritis.

Para pencinta sepak bola kini tak cukup hanya disuguhi keseruan dan keindahan permainan di lapangan, tapi juga manajemen persepakbolaan yang transparan serta berorientasi industri dan prestasi.  

Pada akhirnya, sebagai cabang olahraga universal, sepak bola memang harus kembali ke jati dirinya yang demokratis, bermanfaat bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat.